Waktu ku kecil, masih teringat di pikiranku ketika emak masih memasak nasi dengan kayu bakar. Mungkin orang kota sebagian besar tidak tahu cara memasak dengan kayu bakar. Tapi orang-orang kampung sepertiku hampir setiap rumah memasak nasi dengan ini. Suasana begitu ceria ketika emak memasak apalagi kalau hari hujan. Ketika nasi hampir setengah masak, air didihnya kami minum bersama-sama dengan ditambah sedikit garam. Kata emak baik untuk kesehatan. Bagiku bukan sehat yang dipikirkan tapi rasanya bagi kami memang enak. Ketika nasi telah matang, keraknya pun masih berguna. Semua kerak yang melekat di panci itu dikikis emak kemudian ditambah sedikit garam kemudian dibentuk bulat sekepalan telapak tangan. Kami serasa makan kue kerak yang lembut dan renyah. Apalagi kalau ditambah kuah gulai, mmhhh rasanya tak terbayangkan.
Tapi suasana ini sudah hilang beberapa tahun yang lalu
setelah adanya alat masak yang lebih canggih, Magicom. Dalam beberapa menit
beras yang ditanak dengan Magicom berubah menjadi nasi. Kebersamaan meminum
air didih dan kue kerak tidak ada lagi. Kami dipaksa mengikuti perkembangan
zaman, meski zaman yang diikuti terkadang tak sesuai lagi dengan nilai-nilai sosial
dalam kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar